Perempuanku. Tentu saja kita tidak pernah merayakan yang mereka sebut sebagai Hari Kasih Sayang itu. Kita tak pernah mengatur waktu, lalu pergi ke suatu tempat khusus, berdua saja. Tak pernah ada makan malam berdua dengan lilin yang menyala syahdu.
Tidak. Itu semua tidak pernah ada. Buat aku, setiap hari adalah kasih dan sayang. Untukmu. Selalu. Selamanya. Bersamamu, setiap hari adalah istimewa. Dengan atau tanpa makan malam. Dengan atau tanpa lilin.
Bukan. Itu bukan karena kamu adalah nomor dua, tiga, empat atau yang kesekian. Ini bukan tentang siapa nomor berapa. Hidup toh bukan matematika dan statistik. Apalagi sekadar ranking. Dan ketika tahun demi tahun berlalu, kamu toh tetap segalanya bagiku. Jika kau bilang, sesekali kau terantuk, aku pun demikian. Bahkan berkali-kali. Tapi toh ini bukan sebuah relasi berdasarkan keseimbangan semata. Cinta bukan untuk ditakar dan ditimbang berdasarkan keuntungan. Bukan kutuk gelap yang menghantui setiap detik yang kita lalui. Ketidaktahuan, juga ketidakpastian, memang membuat kita gamang. Tapi bukankah hidup selalu demikian. Pada akhirnya toh kita semua kalah di ujung hari.
Maka, di hari yang mereka sebut sebagai Hari Kasih Sayang itu, aku hanya ingin menegaskan sekali lagi bahwa harapan selalu punya tempat. Selama aku dan kamu masih menatap langit yang sama, masih berdiri di planet yang sama, maka aku dan kamu bukanlah tak mungkin. Miss u darl.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar