24.1.11

Perbedaan Al-quran dan Syair




Yaah tak tau malaikat apa yg tiba-tiba memanggilku untuk membaca beberapa dari 6236 rangkaian ayat yang menyusun kitab suci agamaku. Tak apalah ku pikir, masih lebih  baik daripada yang memanggilku ternyata Si Isrofil, malaikat pencabut nyawa. Walau kadang aku juga berfikir bukan aku yang sebenarnya untuk mempelajari ataupun sedikit ingin tahu tentang ini. Itulah hidup, ada masa nya aku untuk memulai mendekatkan diri pada Pencipta dengan sedikit mempelajari apa yang tersirat dalam ajarannya. Ternyata di balik rentetan kata-kata rumit itu terkandung sebuah cerita kaum Quraishy yang menuduh Nabi Muhammad saw.




Sebelumnya pembicaraan tentang wahyu datang dalam awal surat. "Yaa siin. Demi Al-Quran yang penuh hikmah, Sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul-rasul, (yang berada) di atas jalan yang lurus, (sebagai wahyu) yang diturunkan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang, agar kamu mmberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah di beri peringatan, krn itu mereka lalai." (Yaasiin : 1-6)

Kemudian pembicaraan yang sama datang di akhir2 surat. "Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah layak baginya. Al-Quran itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan supaya pastilah (ketetapan azab) terhadap orang-orang kafir." (Yaasiin : 69-70)

Ada kaum yang menuduh bahwa Nabi Saw hanyalah seorang penyair, dan mengatakan bahwa al-quran yang dibawa Beliau itu adalah syair. Pada dasarnya para pembesar Quraisy tidak meragukan bahwa masalahnya bukan seperti yang mereka tuduhkan itu. Juga mereka tidak meragukan bahwa apa yang dibawa Nabi Muhammad saw adalah suatu ucapan yang tidak biasa dalam bahasa mereka. Mereka juga tidak sedang ngelindur sehingga tak dapat membedakan al-quran dgn syair.

Tapi, apa yang mereka lakukan itu merupakan bagian dari perang opini yang mereka gerakkan untuk melawan agama ini dan untuk menjatuhkan nama pembawanya, nabi Muhammad saw di tengah masyarakat. Tuduhan itu mereka sandarkan pada keindahan redaksi al-quran yang memberikan pengaruh. Dengan harapan, gambaran masyarakat umum akan menjadi rancu antara al-quran ini dengan syair, ketika mereka menghadapi redaksi alquran dan ajaran yang ada dialamnya.

Di sini, Allah menafikan bahwa Dia mengajarkan syair kepada Rasululloh. Dan jika Allah tidak megajarkan syair, berarti Beliau (Muhammad) tidak tahu syair. Karena seseorang tidak mengetahui sesuatu kecuali apa yang diajarkan Allah. Dan ternyata Allah juga menafikan kepantasan syair bagi Rasulullah, "...Dan bersyair itu tidaklah layak baginya..."

Karena syair mempunyai metode lain yang berbeda dengan manhaj kenabian. Syair  adalah buah emosi dan ungkapan terhadap emosi ini. Sedangkan emosi selalu berubah-ubah dari satu kondisi ke kondisi lain. Sementara kenabian adalah wahyu dan berdiri di atas manhaj yang konstan. Di atas jalan yang lurus. Mengikuti namus Allah yang tsabit yang mengatur seluruh wujud ini. Sehingga tidak berubah-ubah dan tidak dipengaruhi  oleh hawa nafsu yang timbul, seperti berubahnya syair mengikuti emosi yang slalu berubah dan tak pernah diam pada satu titik.

Kenabian adalah hubungan permanen dengan Allah, menerima secara langsung wahyu dari Allah, dan usaha terus-menerus untuk mengembalikan kehidupan kepada Allah. Sementara itu dalam bentuknya yang tertinggi syair adalah ungkapan kerinduan manusia kepada keindahan dan kesempurnaan yang disertai dengan pelbagai kekurangan manusia dan pola pandangnya yang terbatas sesuai dengan terbatasnya perangkat pengetahuan dan kesiapan jiwanya. Namun, ketika syair turun dari bentuk-bentukya yang tinggi, maka ia berubah menjadi ungkapan emosi dan keinginan yang bisa turun terus hingga hanya menjadi teriakan tubuh, dan ungkapan gelegak daging dan darah!

Maka, tabiat kenabian dengan syair itu secara mendasar berbeda, Karena syair itu, dlm bentuknya yang paling tinggi adalah kerinduan yang naik dari bumi. Sedangkan kenabian pada intinya adalah petunjuk yang turun dari langit.

Dalam surat Yaasiin ayat 69 juga disebutkan bahwa Al-quran itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan. Pelajaran dan qur'an, keduanya merupakan sifat bagi satu hal. Sbagai pelajaran sesuai dengan fungsinya, dan kitab  bacaan ketika di baca. Ia adalah dzikir kepada Allah yang mengisi hati, dan kitab yang dibaca dengan lidah. Dan ia diturunkan untuk menunaikan tugas tertentu.

"Supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan supaya pastilah (ketetapan azab) terhadap orang-orang kafir," (Yaasiin : 70)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Total Tayangan Halaman